Kesalahan Pemberian obat atau dosis adalah ancaman serius yang mengintai pasien dalam pelayanan kesehatan. Ketika dokter meresepkan obat yang salah, dosis yang tidak tepat, atau kombinasi obat yang berbahaya, dapat menimbulkan efek samping serius, keracunan, atau bahkan kematian. Tragedi ini seringkali tidak disadari hingga dampaknya terasa, menyoroti pentingnya akurasi dan kehati-hatian dalam setiap langkah pemberian resep dan obat.
Salah satu penyebab utama Kesalahan Pemberian obat adalah kurangnya informasi lengkap tentang riwayat alergi pasien atau interaksi obat. Dokter mungkin tidak menyadari adanya alergi tertentu atau obat lain yang sedang dikonsumsi pasien, yang dapat memicu reaksi berbahaya. Keterbatasan waktu konsultasi juga bisa menyebabkan detail krusial ini terlewat, sehingga dapat merugikan pasien.
Kelelahan atau beban kerja yang tinggi pada dokter dan perawat juga dapat memicu Kesalahan Pemberian obat. Dalam kondisi tertekan, mereka mungkin salah membaca resep, salah menghitung dosis, atau tertukar nama obat yang mirip. Kesalahan manusiawi ini, meskipun tidak disengaja, dapat berakibat fatal bagi pasien, menimbulkan resiko yang tidak diinginkan.
Keterbatasan sistem pendukung juga berkontribusi pada Kesalahan Pemberian. Jika tidak ada sistem rekam medis elektronik yang terintegrasi dengan peringatan interaksi obat atau dosis maksimal, risiko kesalahan akan meningkat. Fasilitas kesehatan yang masih mengandalkan pencatatan manual lebih rentan terhadap human error, sehingga perlu adanya perbaikan.
Dampak dari Kesalahan Pemberian obat sangat serius. Pasien dapat mengalami efek samping yang parah, kerusakan organ, atau keracunan yang mengancam jiwa. Dalam kasus terburuk, ini dapat berujung pada kematian. Selain penderitaan fisik, pasien dan keluarga juga akan mengalami trauma psikologis dan kerugian finansial yang besar, sehingga perlu ditangani secara serius.
Untuk mencegah Kesalahan Pemberian obat, fasilitas kesehatan harus mengadopsi sistem resep elektronik (e-resep) yang terintegrasi. Sistem ini dapat memberikan peringatan otomatis jika ada potensi alergi, interaksi obat, atau dosis yang berlebihan. Ini akan membantu meminimalisir kesalahan manusia dan meningkatkan akurasi resep, memastikan keamanan resep.
Pelatihan berkelanjutan bagi dokter dan perawat tentang farmakologi, dosis obat yang tepat, dan teknik verifikasi resep juga krusial. Mereka harus selalu up-to-date dengan informasi obat terbaru dan prosedur keselamatan pasien. Penerapan prinsip “5 Benar” dalam pemberian obat (benar pasien, obat, dosis, rute, waktu) harus menjadi standar baku.
Pemerintah juga perlu memperkuat regulasi dan pengawasan terhadap praktik peresepan dan pemberian obat. Audit rutin terhadap resep dan catatan pemberian obat, serta sanksi tegas bagi pelanggaran, dapat mendorong kepatuhan. Ini adalah langkah penting untuk memastikan Kesalahan Pemberian obat dapat diminimalisir di seluruh fasilitas kesehatan.